Kekuatan Nasib dan Takdir
Oleh Fistari Ertanida (XI SIA 3)
Penulis : Andrea
Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta, Oktober
2008.
Tebal : xiv
+ 534
Harga : Rp
69.000,00
Dinegeri
ini tak mudah menulis novel – novel yang kesemuanya best seller, apalagi
merupakan karya – karya pertama dan ditulis oleh seseorang yang tak berasal
dari lingkungan sastra. Tapi hal itu dapat dilakukan Andrea Hirata. Seorang
penulis pendatang baru, yang lahir pada tanggal 24 Oktober 1982
di pulau Belitong, Sumatera Selatan. Penulis dengan latar belakang sebagai
mahasiswa jurusan Ekonomi dari Universitas Indonesia ini menulis novelnya
dengan gaya realis. Andrea Hirata, tak dikenal sebelumnya, Ia tak pernah
menulis sepotong cerpen pun, namun tiba-tiba muncul dengan menulis tetralogi
yang mampu menghipnotis banyak orang. Novel lanjutan dari tetralogi laskar pelangi
yaitu Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah
Karpov.
Diangkat
dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, buku Laskar Pelangi menceritakan
kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat
miskin di pulau Belitong. Anak orang-orang pinggiran yang mencoba
memperbaiki masa depan mereka dengan bersekolah di sekolah Islam
Muhammadiyah Belitong. Disekolah itu mereka dibimbingan oleh dua orang guru
yang berdedikasi tinggi dalam dunia pendidikan yaitu Ibu Mus dan Pak Harfan
sang Kepala Sekolah.
Cerita
terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Dimulai ketika
sekolah Muhammadiyah membuka pendaftaran murid baru. Sekolah tua ini harus
menerima 10 murid sebagai syarat dari Depdikbud Sumsel jika masih ingin tetap
berdiri. Namun, hanya ada 9 murid yang mendaftar saat itu. Tepat ketika Pak
Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya
datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu. Sehingga sekolah tidak
jadi ditutup dan kesepuluh anak ini bersekolah disini.
Itulah
awal kisah pertemuan mereka. Sekolah Muhammadiyah adalah sekolah islam tempat
orang-orang tidak mampu di Belitong bersekolah. Sekolah ini sudah sangat tua
dan juga kondisinya yang sudah dimakan zaman membuat sekolah ini hampir mirip
seperti kandang sapi. Selain itu, sekolah ini juga tidak memiliki fasilitas
yang memadai. Tidak seperti sekolah PN Timah, sekolah kaya yang sangat bagus
dengan fasilitas yang lengkap dan mahal. Mereka yang bersekolah di sekolah PN
Timah hanyalah anak–anak orang kaya dan petinggi–petinggi di PN Timah. Sekolah
Muhammadiyah tidak menuntut murid–muridnya untuk membayar SPP tapi sekolah Muhammadiyah
hanya di bayar secara sukarela oleh masyarakat, karena sebab itulah murid–murid
yang bersekolah di sekolah Muhammadiyah adalah anak-anak dari keluarga kurang
mampu. Hal itu dapat dilihat pada kesepuluh anggota laskar pelangi yaitu Ikal,
Lintang, Mahar, Sahara, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek (Samson), Trapani,
dan Harun yang semuanya berasal dari keluarga kurang mampu. Untunglah walaupun
sekolah Muhammadiyah sangat jelek, tetapi ada sesuatu yang sangat berharga didalamnya,
yaitu ibu muslimah Hafsari. Beliau adalah pengajar pertama laskar pelangi.
Beliau jugalah yang memberikan nama laskar pelangi kepada kesepuluh muridnya
itu. Hal ini dikarenakan kesenangan para anggota laskar pelangi terhadap
pelangi. Setiap hujan reda mereka selalu berkumpul bersama di pohon filicum
untuk menunggu muculnya pelangi. Kemudian Pak Harfan Efendi Noor, beliau adalah
kepala sekolah Muhammadiyah. Beliau adalah orang yang sangat baik, bijaksana dan sangat taat terhadap ajaran –
ajaran agama. Mereka, para anggota laskar pelangi bersekolah di sekolah ini
mulai dari kelas 1 SD sampai tamat SMP.
Pohon
filicium adalah pohon yang menjadi saksi seluruh drama kehidupan
Laskar Pelangi. Pohon itu menaungi sekolah mereka yang hampir roboh. Pohon
itu menjadi markas setiap pertemuan mereka, membicarakan
soal-soal di sekolah, merancang karya untuk festival 17 Agustus, atau
tempat Lintang memberi ilmunya kepada anggota laskar pelangi lainnya. Pohon itu
pulalah yang menjadi saksi kerinduan Ikal pada gadis keturunan tionghoa A Ling.
A Ling adalah cinta pertama Ikal. Namun pada akhirnya mereka tidak bisa bersatu
karena A Ling harus pergi ke Jakarta untuk menemani bibinya yang hidup
sendirian.
Laskar
pelangi sempat mengharumkan nama sekolah Muhammadiyah dengan berbagai cara.
Misalnya saja pembalasan dendam Mahar karena selalu dipojokan dan diremehkan oleh
teman – temannya dengan menunjukkan bakatnya dalam bidang seni yang telah mengalahkan sang juara bertahan, yaitu
sekolah PN Timah dengan menampilkan tarian asal Afrika dan membuahkan sebuah
kemenangan pada karnaval 17 Agustus. Selain itu seorang anak genius Lintang yang
mempertaruhkan nyawanya dengan mengayuh sepeda sepanjang 80 kilometer pulang
pergi dari rumahnya hanya untuk menuntut ilmu disekolah Muhammadiyah. Lintang
berhasil menyangkal bantahan dari Drs. Zulfikar saat perlombaan cerdas cermat.
Drs. Zulfikar adalah guru sekolah kaya PN yang sudah terkenal kepintarannya.
Berkat Lintang, sekolah Muhammadiyah berhasil memenangkan lomba cerdas cermat
itu. Laskar pelangi telah melewati hari – harinya dengan tangis dan tawa dalam
berbagai kejadian.
Suatu
ketika anggota Laskar pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo,
seorang murid pindahan dari sekolah PN Timah. Flo adalah anak perempuan tomboy
yang berhasil ditemukan saat tersesat di gunung berkat kenekatan Mahar memasuki
daerah terlarang. Kemudian cerita dilanjutkan dengan petualangan Societiet De Limpai yaitu
kelompok yang tergila-gila terhadap alam gaib. Kelompok ini terdiri dari 11
anggota, diantaranya adalah Mahar sang ketua, Flo, dan Ikal yang terjebak
sebagai sekretaris. Misi berharga mereka adalah pergi ke pulau Lanun untuk
menemui tokoh idola mereka Tuk Bayan Tula sang dukun sakti. Mereka kesana meminta
agar Mahar dan Flo lulus ujian dan nilai rapotnya tidak merah. Mereka berangkat
dengan mempertaruhkan nyawa melawan ombak dan badai ditengah laut.
Cerita
masa kecil mereka diakhiri dengan kepergian ayah Lintang yang mengakibatkan Ia berhenti sekolah empat bulan sebelum tamat SMP.
Lintang harus bekerja menggantikan ayahnya untuk menafkahi 14 anggota
keluarganya. Perpisahan Lintang dihari terakhirnya bersekolah diiringi deraian
air mata para sahabatnya dan Ibu Mus yang tak rela melihat cita – cita sang
jenius ini untuk menjadi ilmuwan matematika terkubur hanya karena masalah
ekonomi.
Anak
– anak laskar pelangi itu hidup dalam kebahagiaan masa kecil dan menyimpan
mimpi masing-masing. Tapi siapa tahu tentang nasib? Dua belas tahun kemudian,
Ikal menyaksikan perubahan nasib teman-temannya yang sungguh diluar dugaan dan
juga kehancuran PN Timah yang dulu adalah kota megah dengan segala kemewahan didalamnya,
sekarang berubah menjadi kota mati yang telah di porak porandakan masyarakat
yang di PHK karena harga timah merosot sangat drastis pada saat itu.
Buku
ini berhasil memotret fakta dan ironi dunia pendidikan di Negara kita yang
memprihatinkan. Kemampuan deskripsi Andrea yang sangat detail terhadap setiap karakter
pelakunya merupakan salah satu keunggulan buku ini. Kita akan dibuat tersenyum
geli dari humor kecil yang diselipkan sang penulis pada kalimat-kalimatnya, merenung,
terharu dan bahkan menangis ketika membaca kisah heroik kesebelas anak Laskar
Pelangi yang memiliki semangat juang yang tinggi untuk memperoleh pendidikan.
Andrea
yang memiliki wawasan luas dan pemahaman tentang ilmu eksakta, seni budaya, dan
sastra berhasil menyajikan kenangannya menjadi serangkaian cerita yang menarik.
Menggabungkan pengalaman masa kecil dengan
imajinasinya yang fantastik dan pilihan kata yang indah. Itu lah yang
membuat novel ini terasa unik dan beda dari novel lainnya. Menjadikan novel ini
sebuah karya sastra yang jenius, religius sekaligus inspiratif dan menggugah
jiwa pembacanya.
Kelemahan novel ini, menurut saya
terletak pada banyaknya penggunaan kata dengan majas metafora sehingga pembaca
membutuhkan waktu sedikit lama untuk menerka maksud dari kalimat tersebut.
Begitu juga dengan waktu, Andrea menggambarkan kisah-kisahnya secara
melompat-lompat dari kisah satu ke kisah berikutnya tanpa kejelasan waktu yang
pasti. Kelemahan lainnya juga terletak pada cara mengakhiri cerita,
yang lebih bagus jika novel ini ditutup pada bab 33: Anarkonisme, yang
menceritakan tentang kejatuhan PN Timah. Bab 34: Gotik, menurut saya menjadi
akhir cerita yang membingungkan karena “Aku” secara tiba- tiba menjadi orang
lain, dan bukan Ikal sang Penulis.
Novel
ini wajib di baca bagi generasi muda yang terlena dengan berbagai kemudahan
ekonomi dan tak lagi kenal jerih payah untuk menggapai masa depan. Novel ini
juga wajib dibaca bagi para pendidik dan para petinggi negara yang terkadang
sering mengenyampingkan urusan pendidikan. Kini dapat kita lihat dampaknya,
kita menjadi bangsa yang sering menjadi bahan olok-olok oleh bangsa lain,
karena kita rajin mencetak manusia yang tak punya kualitas. Selain itu, buku
ini juga bisa memberi motivasi kepada pembacanya untuk tidak mengenal kata
menyerah dan putus asa walaupun terkadang kenyataan itu pahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar